Tugas 2 & 3 (SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI)

Elemen system informasi & CBIS

  1. Elemen-elemen (Komponen Sistem)
  2. 1. Komponen Input

Input adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem, yang dapat berupa perawatan (maintenance) dan sinyal (Hutahaean, 2014). Maintenance input adalah energi yang dimasukkan agar sistem dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk dapat mengeluarkan informasi.

2. Umpan Balik

Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukkan (input) maupun proses agar sistem berjalan sesuai dengan tujuannya.

  1. Proses

Suatu sistem menjadi bagian pengolah yang akan merubah input menjadi output. Sistem akan mengolah suatu data menjadi informasi yang berguna.

  1. Komponen Output

Output adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi sesuatu yang berguna (Hutahaean, 2014). Seperti contoh data yang diolah menjadi sebuah informasi.

  1. Tujuan

Suatu sistem pasti mempunyai suatu tujuan atau sasaran. Sasaran dari sistem sangat menentukan input yang dibutuhkan sistem dan output yang akan dihasilkan system

  1. Lingkungan

Lingkungan luar sistem adalah di luar batas sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan yang bersifat menguntungkan harus tetap dijaga, sedangkan yang merugikan harus dikendalikan agar tidak mengganggu kelangsungan hidup dari sistem tersebut.

COMPUTER BASED INFORMATION SYSTEM (CBIS)

  1. Computer Based Information System(CBIS)

Computer Based Information System (CBIS) atau Sistem Informasi Berbasis Komputermerupakan suatu sistem pengolah data menjadi sebuah informasi yang berkualitasdan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan.
Sistem Informasi “berbasis komputer” mengandung arti bahwa komputer memainkanperanan penting dalam sebuah sistem pembangkit informasi. Dengan integrasi yangdimiliki antar subsistemnya, sistem informasi akan mampu menyediakan informasiyang berkualitas, tepat, cepat dan akurat sesuai dengan manajemen yangmembutuhkannya. Secara teori, penerapan sebuah Sistem Informasi memang tidakharus menggunakan komputer dalam kegiatannya. Tetapi pada prakteknya tidakmungkin sistem informasi yang sangat kompleks itu dapat berjalan dengan baikjika tanpa adanya komputer. Sistem Informasi yang akurat dan efektif, dalamkenyataannya selalu berhubungan dengan istilah “computer-based” ataupengolahan informasi yang berbasis pada komputer. Beberapa istilah yang terkaitdengan CBIS antara lain adalah data, informasi, sistem, sistem informasi danbasis komputer. Berikut penjelasan masing-masing istilah tersebut.

Data: Data merupakan deskripsi dari sesuatu dan kejadian yangkita hadapi.Jadi pada intinya, data merupakan kenyataan yang menggambarkansuatu kejadian dan merupakan kesatuan nyata yang nantinya akan digunakansebagai bahan dasar suatu informasi.

Informasi: Informasi merupakan hasil dari pengolahan data menjadibentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatukejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untukpengambilan suatu keputusan.

Sistem: Sistem merupakan entitas, baik abstrak maupun nyata,dimana terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait satu sama lain. Objekyang tidak memiliki kaitan dengan unsur-unsur dari sebuah sistem bukanlahkomponen dari sistem tersebut.

Sistem Informasi: Sistem Informasi merupakan sistem pembangkit informasi.Dengan integrasi yang dimiliki antar subsistemnya,sistem informasi akan mampumenyediakan informasi yang berkualitas, tepat, cepat dan akurat sesuai denganmanajemen yang membutuhkannya.

Berbasis Komputer: Sistem Informasi “berbasis komputer” mengandung arti bahwakomputer memainkan peranan penting dalam sebuah sistem informasi. Secara teori,penerapan sebuah Sistem Informasi memang tidak harus menggunakan komputer dalamkegiatannya. Tetapi pada prakteknya tidak mungkin sistem informasi yang sangatkompleks itu dapat berjalan dengan baik jika tanpa adanya komputer. SistemInformasi yang akurat dan efektif, dalam kenyataannya selalu berhubungan denganistilah “computer-based” atau pengolahan informasi yang berbasis pada komputer.

Sub Sistem dari Sistem InformasiBerbasis Komputer

  1. Sistem Informasi Akuntansi
  2. Sistem Informasi Manajemen
  3. Sistem Pendukung Keputusan
  4. Automasi Kantor (Virtual Office)
  5. Sistem Pakar

Berikut penjelasan sub-sistem dari ComputerBased Information System (CBIS) atau Sistem Informasi BerbasisKomputer

  1. SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (SIA)

SIA adalah sistem informasi yangmelaksanakan aplikasi akuntansi perusahaan, yaitu sebagai pengolah dataperusahaan, Perusahaan tidak dapat memilih untuk menggunakan SIA atau tidak,sistem ini merupakan keharusan. Semua perusahaan pada dasarnya melaksanakanprosedur-prosedur yang sama. SIA lebih berorientasi pada data dibanding padainformasi, walaupun ada beberapa informasi yang dihasilkan. SIA menyediakandatabase bagi sisten informasi lain. SIA adalah satu-satunya sistem informasiyang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan informasi di luar perusahaan,meyediakan informasi untuk seluruh lingkungan kecuali pesaing.

Tugas utama sistem informasi iniadalah:

  1. Pengumpulan data
  2. Manipulasi data
  3. Penyimpanan data
  4. Menyediakan dokumen

Peran SIA Dalam CBIS

  1. SIA menghasilkan beberapa outputinformasi dalam bentuk laporan akuntansistandar.
  2. SIA menyediakan database yanglengkap untuk digunakan dalam pemecahan masalah.
  3. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM)

Adalah suatu sistem berbasisdatabase komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengankebutuhan yang serupa. Para pemakai biasanya membentuk suatu entitas formalperusahaan atau subunit dibawahnya,
Sumber daya SIM

Informasi menjelaskan perusahaanatau salah satu sistem perusahaan tentang apa yang telah terjadi di masa lalu,apa yang sedang terjadi sekarang, dan apa yang mungkin terjadi di masa yangakan datang. Informasi tersebut tersedia didalam laporan periodik, laporankhusus, dan hasil simulasi matematika, output informasi tersebut digunakanmanajer saat mereka membuat keputusan untuk pemecahan masalah.
Semua informasi tersebut memiliki karakteristik yang sama untuk bidang areafungsional (marketing, manufaktur, sdm, dan keuangan), level manajemen(operational, manajerial, dan strategis), dan user (manajer atau non manajer)SIM informasi memperoleh data dari database, dimana database tersebut berisidata dan informasi dari SIA dan dari lingkungan.

Suatu SIM bisa juga merupakan suatusistem informasi antar organisasi (IOS) jika SIM terkoneksi dengan SIM padaperusahaan lain misalnya dengan Suplier.

SIM dan SIA .- SIM menggunakan data yang disediakan SIA dalam database, daninformasi lain yang berasal dari lingkungan. Isi dari database tersebutdigunakan oleh software untuk membuat laporan periodik dan laporan khusus,serta model matematika untuk mensimulasikan aspek operasi perusahan, Berbedadengan SIA, SIM tidak berkewajiban menyediakan informasi bagi lingkungan.

SIM & EntIS .- SIM akan terbentuk secara utuh jika semua sistem informasiorganisasi telah terbentuk dan terkoneksi satu sama lain. Data dan informasidisimpan dalam satu database yang sama dan dapat dipergunakan pada areafungsional yang lain. SIM merupakan dasar terbentuknya sistem informasi yanglebih canggih dan kompleks yang baru berkembang dalam beberapa tahun terakhir,yaitu Sistem Informasi Perusahaan dikenal juga dengan nama EnterpriseInformation System (EntIS)

Software Pembuat Laporan .- Software pembuat laporan adalah perangkat lunak yangdigunakan untuk menghasilkan laporan periodik dan laporan khusus. Daribentuknya laporan periodik dan laporan khusus mungkin terlihat sama. Perbedaanterdapat dari timeliness dan time horizon.Laporan periodik disiapkan sesuaijadwal tertentu, SIM periode awal terbatas pada penyediaan laporan periodiksaja, tetapi hal ini menjadi sukar diterima ketika SIM telah menerapkan HRISdan EIS.

Laporan khusus disediakan jikaterjadi sesuatu yang luar biasa, sepertl laporan kecelakaan di manufaktur, ataulaporan tertentu yang diperoleh dari query database. Laporan khusus biasanyamengambarkan sesuatu yang sedang terjadi atau baru saja terjadi, berbeda denganlaporan periodik yang lebih berorientasi pada masa lalu atau apa yang telahterjadi.Laporan bisa juga merupakan gabungan dari laporan periodik dan laporankhusus, misalnya untuk membandingkan pendapatan pada saat ini dengan laporanpada periode yang sama tahun sebelumnya. Laporan seperti ini disebut denganManagement by exception.

  1. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN (Decision Support System)

Dalam upaya memecahkan masalahseorang problem solver akan banyak membuat keputusan. Keputusan harus diambiluntuk menghindari atau mengurangi dampak negatif atau untuk memanfaatkanpeluang.

Keputusan terbagi menjadi:

  1. Keputusan terprogram, bersifatberulang dan rutin.
  2. Keputusan tak terprogram, bersifatbaru dan tidak terstruktur, tidak ada metode pasti untuk menanganinya karenabelum pernah terjadi sebelumnya.

Manajer melakukan empat tahappengambilan keputusan, yaitu:

  1. Kegiatan Intelejen, mengamatilingkungan untukmencari kondisi yang perlu diperbaiki.
  2. Kegiatan Merancang, menemukan,mengembangkan, dan menganalisis berbagai alternatif tindakan yang mungkin.
  3. Kegiatan Memilih, memilih salah saturangkaian tindakan diantara alternatif.
  4. Kegiatan Review, menilai pilihan-pilihanyang lalu.
  5. SISTEM PAKAR (ES)

Sistem pakar (Expert System) adalahsebuah sistem informasi yang memiliki intelegensia buatan (ArtificialIntelegent) yang menyerupai intelegensia manusia. Sistem pakar mirip dengan DSSyaitu bertujuan menyediakan dukungan pemecahan masalah tingkat tinggi untukpemakai. Perbedaan ES dan DSS adalah kemampuan ES untuk menjelaskan alurpenalarannya dalam mencapai suatu pemecahan tertentu. Sangat sering terjadipenjelasan cara pemecahan masalah ternyata lebih berharga dari pemecahannya itusendiri.

Karakteristik Sistem Pakar

  1. Memiliki kemampuan belajar ataumemahami masalah dari pengalaman.
  2. Memberikan tanggapan yang cepat danmemuaskan terhadap situasi baru.
  3. Mampu menangani masalah yangkompleks (semi terstruktur).
  4. Memecahkan masalah dengan penalaran.
  5. Menggunakan pengetahuan untukmenyelasaikan masalah.

Bagian Sistem Pakar

User Interface, adalah bagian yangmemungkinkan manajer mamasukan instruksi dan informasi kedalam dan menerimainformasi dari sistem pakar.

Contoh Sistem Pakar

  1. XSEL, Sistem pakar yang bertindaksebagai asisten penjual di agen penjualan komputer DEC, yang membantu pelangganmemilih komputer yang sesuai dengan kebutuhannya.
  2. MYCIN, Sistem pakar yangdikembangkan di Stanford University tahun 19870-an dengan tujuan membantupetugas medis dalam mendiagnosa penyakit yang disebabkan bakteri.
  3. PROSPECTOR, Sistem yang diciptakanRichard Duda, Peter Hard, dan Rene Reboh tahun 1978 yang menyediakan kemampuanseorang ahli geologi.

Sumber:

Hutahaean, J. (2014). Konsep sistem informasi. Yogyakarta: Deepublish.

Laudon,Kenneth C. & Laudon, Jane P. (2008). Sistem Informasi Manajemen Mengelola Perusahaan Digital Edisi 10. Jakarta : Salemba Empat

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

SISTEM

Sistem adalah suatu jaringan kerja dari beberapa prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu tujuan tertentu. Pengertian lain dari sistem adalah kumpulan beberapa elemen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. (Wawan & Munir, 2006)

Menurut Jogianto (2005) mengemukakan bahwa sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata adalah suatu objek nyata, seperti tempat, benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi

Menurut Hanif Al Fatta (2007) sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur atau variabel-variabel yang saling terorganisasi, saling berinteraksi, dan saling bergantung sama lain.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan sistem adalah kumpulan dari beberapa prosedur yang saling berinteraksi dengan memiliki tujuan tertentu.

INFORMASI

Menurut Vercellis (2009) Informasi merupakan suatu hasil dari pemrosesan data menjadi sesuatu yang bermakna bagi yang menerimanya. Sedangkan menurut Wawan dan Munir (2006), Informasi merupakan hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian (event) yang nyata (fact) dengan lebih berguna dan lebih berarti.

Menurut Hendi Haryadi (2009) informasi dapat didefinisikan sebagai hasil pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan kejadian-kejadian sebenarnya yang digunakan untuk pengambilan keputusan.

Menurut Raymond Mcleod (dalam Haryadi, 2009) mengatakan bahwa informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang memiliki arti bagi si penerima dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan pada saat ini atau pada masa yang akan datang.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa informasi sebagai sesuatu yang dihasilkan dari pengolahan data menjadi lebih mudah dimengerti dan bermakna yang menggambarkan suatu kejadian dan fakta yang ada.

PSIKOLOGI

Menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.

Menurut Arief Budiman (2006) psikologi ialah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, khususnya dari segi kejiwaannya.

Menurut Heru Basuki (2008) psikologi adalah ilmu pengetahuan (ilmiah) yang mempelajari perilaku, sebagai manifestasi dari kesadaran proses mental, aktivitas motorik, kognitif, dan juga emosional.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tngkah laku yang ada pada diri manusia.

SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa system informasi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara system informasi dan psikologi di dalamnya terdapat kumpulan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu dari data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki arti bagi penerima dan mempunyai nilai yang nyata dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan penggunaan teknologi dan aplikasinya dalam bidang psikologi.

Sumber:

Basuki, A.M.H. (2008). Psikologi Umum. Depok : Universitas Gunadarma.

Budiman, A. (2006). Kebebasan, Negara Pembangunan. Jakarta: Alvabet.

Fatta, H.A. (2007). Analisis & Perancangan Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Haryadi, H. (2009). Administrasi Perkantoran. Jakarta: Visi Media. (Google Book)

Jogiyanto HM. 2005. Analisis & Desain Sistem Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta. Andi.

Setiawan, Wawan. & Munir. (2006). Pengantar Teknologi Informasi: Basis Data. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Vercellis, Carlo. (2009). Business intelligence : data mining and optimization for decision making. Chichester: John Wiley & Sons.

Muhibbinsyah. (2001). Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

TERAPI KELUARGA

A. Konsep Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah model terapi yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah dalam keluarga (Gurman, Kniskern & Pinsof, 1986). Terapi keluarga muncul dari observasi bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi individual mempunyai konsekwensi dan konteks social. Contohnya, klien yang menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada keluarganya. Menurut teori awal dari psikopatologi, lingkungan keluarga dan interksi orang tua- anak adalah penyebab dari perilaku maladaptive (Bateson et al,1956; Lidz&Lidz, 1949 ;Sullivan, 1953).
Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada keluarga pasien skizofrenia di Palo Alto, California. Penelitian ini menghasilkan 2 konsep mengenai terapi dan patologi keluarga, yaitu :
 the double bind (ikatan ganda): Dalam terapi keluarga, munculnya gangguan terjadi saat salah satu anggota membaik tetapi anggota keluarga lain menghalang-halangi agar keadaan tetap stabil.
 family homeostasis (kestabikan keluarga): Bagaimana keluarga menjaga kestabilannya ketika terancam. Oleh karena itu, untuk meningkatkan fungsi anggota keluarga maka sistem dalam keluarga musti dipengaruhi dengan melibatkan seluruh anggota keluarga bukan individual/perorangan. Adanya gangguan dalam pola komunikasi keluarga adalah inti dari double bind. Ini terjadi bila ‘korban’ menerima pesan yang berlawanan/bertentangan yang membuat sulit bertindak konsisten dan memuaskan. Anak diberitahukan bahwa ia harus asertif dan membela haknya namun diwaktu yang sama dia diharuskan menghormati orangtuanya, tidak menentang kehendaknya, dan tidak pernah menanyakan/menuntut kebutuhan mereka. Apa yang dikatakan berbeda dengan yang dilakukan. Keadaan ini selalu ditutupi dan disembunyikan, sehingga si ‘korban’ tidak pernah menemukan sumber dari kebingungannya. Jika komunikasi ini (double bind communication) terjadi berulang kali, akan mendorong perilaku skizoprenik.
Kemudian timbul kontrovesi mengenai teori double bind ini, khususnya dengan faktor gentik dan sosiologi yang menyebabkan terjadinya skizofrenia. Hal ini kemudian melahirkan penelitian untuk pengembangan terapi keluarga. Teori keluarga memiliki pandangan bahwa keluarga adalah fokus unit utama. Keluarga inti secara tradisional dipandang sebagai sekelompok orang yang dihubungkan oleh ikatan darah dan ikatan hukum.
Fungsi keluarga adalah sebagai tempat saling bertukar antara anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional setiap individu. Untuk menjaga struktur mereka, sistem keluarga memiliki aturan, prinsip-prinsip yang memungkinkan mereka untuk melakukan tugas-tugas hidup sehari-hari. Beberapa peraturan yang dinegosiasikan secara terbuka dan terang-terangan, sedangkan yang lain terucap dan rahasia. Keluarga sehat memiliki aturan yang konsisten, jelas, danditegakkan dari waktu ke waktu tetapi dapat disesuaikan dengan perubahan perkembangan kebutuhan keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki peranan yang jelas terkait dengan posisi sosial mereka.
Terapi keluarga sering dimulai dengan fokus pada satu anggota keluarga yang mempunyai masalah. Khususnya, klien yang diidentifikasi adalah remaja laki-laki yang sulit diatur oleh orang tuanya atau gadis remaja yang mempunyai masalah makan. Sesegara mungkin, terapis akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah keluarga atau komunikasi keluarga yang salah, untuk mendorong semua anggota keluarga mengintrospeksi diri menyangkut masalah yang muncul. Tujuan umum terapi keluarga adalah meningkatkan komunikasi karena keluarga bermasalah sering percaya pada pemahaman tentang arti penting dari komunikasi (Patterson, 1982).
Terapi keluarga mengajarkan penyelesaian tanpa paksaan, mengajarkan orang tua untuk menetapkan kedisiplinan pada anak-anak mereka, mendorong tiap anggota keluarga untuk berkomunikasi secara jelas satu sama lain, mendidik anggota keluarga dalam prinsip perubahan perilaku, tidak menekankan kesalahan pada satu anggota akan tetapi membantu anggota keluarga apakah hyarapan terhadap anggota yang lain masuk akal. Pendekatan berpengaruh yang lain disebut strategi atau terapi keluarga terstruktur (Minuchin, 1974; Satir, 1967). Disini, terapis berusaha menemukan problem utama dari masalah klien dalam konteks keluarga, bukan sebagai masalah individual. Tujuannya adalah untuk mengurangi sikap menyalahkan yang mengarah pada satu orang. Contohnya, terapis menyampaikan bahwa perilaku menentang dan agresif dari remaja mungkin adalah tanda dari ketidakamanan remaja atau alasan untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari ayahnya. Pada banyak keluarga yang mengalami stress, pesan emosional begitu tersembunyi sehingga anggota keluarga lebih sering berbicara tanpa berbuat. Mereka sering mengasumsikan bahwa mereka dapat “saling membaca pikiran masing-masing”.
Saat ini, terapi keluarga terstruktur telah disesuaikan untuk membawa faktor budaya yang mungkin berpengaruh pada terapi keluarga dari kelompok etnis tertentu. Untuk membawa keluarga ke terapi, membuat mereka tetap kembali, harus ada perjanjian keluarga yang disusun untuk menghindari hal-hal berikut :
1.Penolakan anak untuk mengikuti terapi, sikap ambivalen ibu dalam memasukkan keluarganya ke dalam terapi, penolakan keberadaan seorang ayah dalam keluarga, dan anggota keluarga tetap berusaha menjaga rahasia keluarga dari orang asing. Terapi keluarga biasanya diberikan saat pasien sudah dewasa sebagai hasil dari keluarga yang patologis. Terapi individual mungkin tidak berguna karena kondisi keluarga yang tidak mendukung.
Kondisi keluarga itu bisa mengganggu kepribadian dan tingkah laku pasien. Namun jika memungkinkan, tritmen bagi penderita skizofrenia atau borderine yang masih awal dengan memanfaatkan seluruh anggota yang ada mungkin bisa berguna. Terapi dimulai dengan fokus pada masalah yang dialami pasien dalam keluarga dan kemudian anggota keluarga menyampaikan/memberikan kontribusi masing-masing. Terapis bertugas untuk mendorong seluruh anggota keluarga untuk mau terasa terlibat dalam masalah yang ada bersama-sama.
2. Terapis keluarga biasa dibutuhkan ketika :
1. Krisis keluarga yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga
2. ketidak harmonisan seksual atau perkawinan
3. konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan

b. unsur Terapi Keluarga
Terapi keluarga didasarkan pada teori system (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri dari 3 prinsip. Pertama adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu arah–efek perhubungan. Jadi, tidak ada anggota keluarga yang menjadi penyebab masalah lain; perilaku tiap anggota tergantung pada perbedaan tingkat antara satu dengan yang lainnya. Prinsip kedua, ekologi, mengatakan bahwa system hanya dapat dimengerti sebagai pola integrasi, tidak sebagai kumpulan dari bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan perilaku salah satu anggota akan mempengaruhi yang lain. Prinsip ketiga adalah subjektivitas yang artinya tidak ada pandangan yang objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi sendiri dari masalah keluarga.
Terapi keluarga tidak bisa digunakan bila tidak mungkin untuk mempertahankan atau memperbaiki hubungan kerja antar anggota kunci keluarga. Tanpa adanya ksadaran akan pentingnya menyelesaikan masalah pada setiap anggota inti keluarga, maka terapi keluarga sulit dilaksanakan. Bahkan meskipun seluruh anggota keluarga datang atau mau terlibat, namun beberapa system dalam keluarga akan sangat rentan untuk terlibat dalam terapi keluarga.
C. teknik Terapi Keluarga
Dalam perjalanannya, untuk membedakan suatu dimensi dari berorientasi individu ke sistem yang diorientasikan pemikiran, keluarga therapists dapat diuraikan seperti kepala perguruan tinggi/ dirigen. Dirigen, sebagai pembanding, cenderung ke program dan mengorganisir cara bekerja, menentukan agenda, menugaskan tugas, dan dengan aktif menanyai dan mengajar. Dalam kasus Ackerman, ini mungkin dalam rangka menghilangkan pengingkaran dan kemunafikan, menuntut anggota keluarga untuk lebih membuka dengan dia dan dengan diri mereka. Ia menghadapi seksual, agresif, dan perasaan tergantung. Cara nya besar, yakin, dan jujur. Satir, pada sisi lain, menjadikan dirinya sebagai guru dan tenaga ahli di komunikasi. Dia mengarahkan ke diskusi, dan menunjukkan permasalahan dalam hal komunikasi. Dia menetapkan dirinya sebagai contoh komunikasi yang jelas, penggunaan yang sederhana dan kata-katanya jelas, dan menjelaskan prinsip nya kepada keluarga. Meskipun demikian terkait dengan segi manusia yang lain yang dapat merasakan dan interaksi, dia pada dasarnya seorang guru dan contoh yang memiliki kejelasan dalam berkomunikasi.
Bagaimanapun, apakah lebih sebagai kondektur atau reaktor, Ackerman dan Satir, semua keluarga therapists perlu bermain suatu peran yang lebih aktif dibanding yang sudah biasa dalam individu therapy. Therapist harus yang lebih memiliki kemampuan dalam penggunaan kendali, melembutkan argumentasi, dan memandu diskusi. Terapi keluarga meletakkan therapist dalam suatu hubungan yang berbeda dengan klien nya dibanding dalam terapi kelompok atau individu. Ia tidak dimulai dari dasar yang sama atau dari sama sama ketidak-tahuan. Anggota keluarga masuk dengan suatu pengalaman umum; therapist adalah orang luar. Dalam pelaksanaan bahkan untuk mengerti sindiran sindiran mereka untuk membagi bersama pengalaman, ia harus belajar ke kultur keluarga, bahasa dan aturan. Therapist harus sampai kepada dalamnya sistem keluarga memahami dan bekerja dengan itu. Sekalipun begitu ia tidak bisa menjadi ‘yang diatur & bagian dari sistem’, karena ia harus menyendiri dari itu dalam rangka memahami aktivitas nya dan untuk memandu perubahan nya. Begitu, sisanya antar detasemen dan keterlibatan menjadi yang lebih dikritisi dalam keluarga therapy dibanding dalam bentuk lain psikoterapi. Cara-cara lain, adalah dengan berbagi tugas yang umum dari semua therapists, untuk menyediakan suatu atmospir yang mendukung dan aman untuk menghadapi pengalaman menyakitkan.
Therapy umumnya mulai dengan usaha untuk menemukan apa yang sedang mengganggu keluarga dan apa yang mereka harapkan melalui terapi ini. Sesi pertama atau kedua hanya boleh melibatkan pasangan yang sudah menikah, dimana sebagai pemimpin menyangkut keluarga. Yang secara khas cukup, masalah yang ada dikaitkan dengan perilaku yang menganggu menyangkut pasien yang dikenali “Pemuda lontang lantung mogok sekolah, dan menggunakan narkoba.” Itu hampir suatu kebenaran mutlak bahwa semua anggota keluarga tidak membagi dugaan yang sama tentang apa yang salah, mengapa masalah datang, atau seberapa penting hal itu diharapkan untuk di tritmen bersama-sama. Untuk memperjelas gabungan persepsi dan alasan adalah suatu awal tugas penting. Dalam proses yang sama, therapis berusaha untuk mengkomunikasikan sebagian dari peraturan utama, bahwa semua anggota akan diperlakukan sebagai individu, mereka akan masing-masing diharapkan untuk mengambil bagian, dan poin-poin pandangan mereka akan dihargai.
DAFTAR PUSTAKA:
Becvar, Dorothy S. Becvar, Raphael J. 1976.Family Teraphy ( A systematic Intregation). Adivision of Simon & Schester, Inc. Needham Height; Massachusetts.
Korchin, Sheldon J. 1976.Modern Clinical Psychology. Basic Books, Inc. Publishers: New York.
Nietzel, Michael. 1998. Introduction To Clinical Psychology. Simon & Schuster / Aviacom Company. Upper Saddle River: New Jersey.

tugas analisis transaksional bab 5

Tugas Analisis Transaksional (Bab 5)

Unsur-unsur transaksional

  1. Ego state child

Pernyataan ego dengan ciri kepribadian anak-anak seperti bersifat manja, riang, lincah dan rewel. Tiga bagian dari ego state child ini ialah:

  1. a) Adapted child (kekanak-kanakan)

Unsure ini kurang baik ditampilkan saat komunikasi karena banyak orang tidak menyukai dan hal ini menujukkan ketidak matangan dalam sentuhan.

  1. b)   Natural child (anak yang alamiah)

Natural child ini banyak disenangi oleh orang lain karena sifatnya yang alamiah dan tidak dibuat-buat serta tidak berpura-pura, dan kebanyakan orang senang pada saat terjadinya transaksi.

  1. c)   Little professor

Unsur ini ditampilkan oleh seseorang untuk membuat suasana riang gembira dan menyenangkan padahal apapun yang dilakukannya itu tidaklah menunjukkan kebenaran.

  1. Ego state parent

Ciri kepribadian yang diwarnai oleh siafat banyak menasehati, memerintah dan menunjukkan kekuasaannya. Ego state parent ini terbagi dua yaitu:

  1. a)     Critical parent

Bagian ini dinilai sebagai bagian kepriadian yang kurang baik, seperti menujukkan sifat judes, cerewet, dll.

  1. b)   Nurturing parent

Penampilan ego state seperti ini baik seperti merawat dan lain sebagianya.

  1. Ego state adult

Berorientasi kepada fakta dan selalu diwarnai pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana.

Dengan demikian untuk kita ketahui bahwasanya dalam tiap individu ego state yang tiga diatas selalu ada yang berbeda Cuma kadarnya saja. Berapa banyak ego state yang ada dalam individu akan mempengaruhi tingkah lakuorang tersebut.

Berdasarkan keberadaan ego state terdapat tiga komposisi yang ada dalam diri individu adalah:

  1. Ego state normal

Sesuai dengan situasi dan kondisi dimana orang itu berada. Penampilan ego state yang normal ini dapat dilihat dalam suasana yang serius.

  1. Ego state kaku

Ego state yang ditmpilaknnya tidak berbeda tetapi hanya satu saja.

  1. Ego state cair

Tidak ada batasan antara penampilan ego state yang satu dengan yang lain.

Teknik-teknik Terapi

Menurut Corey secara umum teknik-teknik yang dapat dipilih dan diterapkan dalam terapi analisis transaksional, yaitu:

  1. a)    Permission (pemberian kesempatan), dalam proses terapi, pemberian kesempatan ini diberikan kepada kilen agar dapat;
  • menggunakan waktunya secara efektif tanpa melakukan ritual pengunduran diri
  • mengalami semua status ego yang biasanya dilakukan dengan mendorong klin menggunakan kemampuan Status Ego Dewasa untuk menikmati kehidupan
  • tidak memainkan permainan dengan cara tidak membiarkan klien memainkannya.
  1. b)    Protection (proteksi), klien mungkin akan merasa ketakutan setelah ia menerima kesempatan untuk menghentikan perintah-perintah orang tua dan menggunakan Status Ego Dewasa dan Status Ego Anak.
  2. c)    Potency (potensi), maksudnya seorang terapis tahu apa yang akan dilakukan dan kapan melakukannya. Oleh karena itu kemampuan terapis terletak pada keahliannya, sehingga keterampilan tersebut efektif secara optimal.

Menurut Berne ada beberapa teknik khusus yang dapat dipakai dalam proses terapi, yaitu : interogasi, spesifikasi, konfrontasi, eksplanasi, illustrasi, konfirmasi, interprestasi, kristalisasi.

Konsep Utama

Konsep Dasar Pandangan tentang sikap manusia. Analisis Transaksional berakar dalam suatu filsafat anti deterministik yang memandang bahwa kehidupan manusia bukanlah suatu yang sudah ditentukan. Analisis Transaksional didasarkan pada asumsi atau anggapan bahwa orang mampu memahami keputusan-keputusan pada masa lalu dan kemudian dapat memilih untuk memutuskan kembali atau menyesuaikan kembali keputusan yang telah pernah diambil. Berne dalam pandangannya meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk memilih dan, dalam menghadapi persoalan-persoalan hidupnya.

Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi, yang dipertukarkan adalah pesan pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya bertujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).

Sumber:

  • Corey, G. (1988). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Eresco
  • Fauzan, Lutfi. (2001). Pendekatan-pendekatan Konseling Individual. Malang: Elang Mas

Tugas Logo Terapi bab 4

Tugas Logo Terapi (Frankl) (Bab 4)

Unsur-unsur logo Terapi:

ü  Munculnya Gangguan

ü  Tujuan Terapi

Untuk memahami adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya;

Untuk menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan

Bertujuan memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang lebih bermakna.

ü  Peran Terapis

  1. Menjaga hubungan yang akrab dan pemisahan ilmiah
  2. Mengendalikan filsafat pribadi
  3. Terapis bukan guru atau pengkhotbah
  4. Memberi makna lagi pada hidup
  5. Memberi makna lagi pada penderita
  6. Menekankan makna kerja
  7. Menekankan makna cinta

Teknik-teknik terapi:

Victor Frankl dikenal sebagai terapis yang memiliki pendekatan klinis yang detail. Diantara teknik-teknik tersebut adalah yang dikenal dengan intensi paradoksal, yang mampu menyelesaikan lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi. Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti. Seorang pemuda yang selalu gugup ketika bergaul dengan banyak disuruh Frankl untuk menginginkan kegugupan itu. Contoh lain adalah masalah tidur. Menurut Frankl, kalau anda menderita insomnia, anda seharusnya tidak mencoba berbaring ditempat tidur, memejamkan mata, mengosongkan pikiran dan sebagainya. Anda justru harus berusaha terjaga selama mungkin. Setelah itu baru anda akan merasakan adanya kekuatan yang mendorong anda untuk melangkah ke kasur.

Teknik terapi Frankl yang kedua adalah de-refleksi. Frankl percaya bahwa sebagian besar persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terlalu terfokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian dari diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Misalnya, kalau mengalami masalah seksual, cobalah memuaskan pasangan anda tanpa memperdulikan kepuasan diri anda sendiri. Atau cobalah untuk tidak memuaskan siapa saja, tidak diri anda, tidak juga diri pasangan anda

 

 

Konsep Utama Logoterapi:

Pandangan Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti. Tentu saja ini merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur. Frankl berpendapat bahwa manusia harus dapat menemukan makna hidupnya sendiri dan kemudian setelah menemukan mencoba untuk memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah prinsip utama teori Frankl yang dinamakan Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup.
Kata “logo” berasal dari bahasa Yunani “logos” yang berarti makna atau meaning dan juga “rohani”. Adapun kata “terapi” berasal dari bahasa Inggris therapy yang artinya penggunaan teknik-teknik menyembuhkan dan mengurangi suatu penyakit. Jadi, kata logoterapi artinya penggunaan teknik untuk menyembuhkan dan mengurangi atau meringankan suatu penyakit melalui penemuan makna hidup.
Istilah tema utama logoterapi adalah karakteristik eksistensi manusia, dengan makna hidup sebagai inti teori. Menurut Frankl yang paling dicari dan diinginkan manusia dalam hidupnya adalah makna, yaitu makna yang didapat dari pengalaman hidupnya baik dalam keadaan senang maupun dalam penderitaan.
Konsep keinginan kepada makna (the will to meaning) inilah menjadi motivasi utama kepribadian manusia (Frankl, 1977). Sebutan the will to meaning sengaja dibedakan Frankl dengan sebutan the drive to meaning karena makna dan nilai-nilai hidup tidak mendorong (to push, to drive) tetapi seakan-akan menarik (to pull) dan menawari (to offer) manusia untuk memenuhi kenyataan hidup, yang menurutnya pula tidaklah menyediakan keseimbangan tanpa tegangan, tetapi justru menawarkan suatu tegangan khusus, yaitu tegangan kenyataan diri pada waktu sekarang dan makna- makna yang harus dipenuhi : Bring us Meaning. Di antara kedua hal itulah proses pengembangan pribadi berlangsung.
Konsep kebebasan berkeinginan (freedom of will), mengacu pada kebebasan manusia untuk menentukan sikap (freedom to take a stand) terhadap kondisi-kondisi biologis, psikologi, dan sosio- kultural. Kualitas ini adalah khas insani yang bukan saja merupakan kemampuan untuk mengambil jarak (to detach)  terhadap berbagai kondisi lingkungan, melainkan juga kondisi diri sendiri ( self-detachment ).

Dalam pandangan Logoterapi kebebasan disini adalah kebebasan yang bertanggung jawab agar tidak berkembang menjadi kesewenangan. Adapun konsep makna hidup, yaitu hal-hal yang memberikan arti khusus bagi seseorang yang apabila berhasil dipenuhi, akan menyebabkan kehidupannya dirasakan berarti dan berharga, sehingga akan menimbulkan penghayatan bahagia (happines).
Makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapa pun, tetapi harus dicari dan ditemukan sendiri. Orang lain hanya dapat menunjukkan hal-hal yag potensial bermakna, akan tetapi kembali pada orang itu sendiri untuk menentukan apa yang ditanggapinya.
Makna yang kita cari memerlukan tanggung jawab pribadi. Bukan orang lain atau sesuatu yang lain, bukan orang tua, teman, atau bangsa yang dapat memberi kita pengertian tentang arti dan maksud dalam hidup kita. Tanggung jawab kitalah untuk menemukan cara kita sendiri dan tetap bertahan di dalamnya setelah kita temukan. Seperti yang dilakukan oleh Frankl, kita harus menghadapi kondisi-kondisi eksistensi kita secara bertanggung jawab dan bebas menemukan dalam kondisi-kondisi itu suatu maksud. Kehidupan terus menerus menantang kita dan respon kita tidak dapat dilakukan dengan berbicara atau berkontemplasi, melainkan dengan perbuatan-perbuatan, yang mengungkapkan dengan jelas arti yang kita peroleh dalam kehidupan kita.
Kekurangan makna hidup, bagi Frankl, merupakan suatu neourosis; dia menyebut kondisi ini noögenic neurosis. Inilah suatu keadaan yang bercirikan tanpa arti, tanpa maksud, tanpa tujuan dan hampa. Frankl menulis tentang kawan-kawan setahanannya, “celakalah dia yang tidak lagi melihat arti dalam kehidupannya, tidak lagi melihat tujuan, tidak lagi melihat maksud, dan karena hal tersebut ada sesuatu yang turut serta. Dia akan merasa kehilangan”. Karena tidak merasa kehidupan yang penuh dan gairah, maka orang semacam itu berada dalam kekosongan eksistensial , suatu kondisi yang menurut keyakinan Frankl adalah lumrah dalam masa yang sudah modern ini.
Banyak di antara kita menderita noögenic neurosis sebagai akibat dari dua kondisi. Pertama, ketika manusia berkembang dari binatang yang lebih rendah, mereka kehilangan dorongan- dorongan dan insting-insting alamiah yang menghubungkan mereka dengan alam. Karena hal ini telah membebaskan kita dari tekanan-tekanan tertentu, ini berarti bahwa tingkah laku tidak di bimbing oleh insting-insting kita; kita harus secara aktif memilih apa Yang harus kita lakukan Frankl menemukan bukti dari kekosongan eksistensial secara besar-besaran dalam banyak kebudayaan, baik kapasitas maupun komunis, dan dia percaya bahwa kekosongan eksistensial itu berkembang dengan pesat, khususnya di Amerika Serikat. Pemecahan Frankl terhadap noögenic neurosis yang berkembang pesat itu ialah kita masing-masing harus menemukan atau mendapat kembali pengertian yang sangat penting tentang arti dan maksud dalam kehidupan. Jika tidak, kita bisa menderita sakit psikologis

Logoterapi awalnya ialah suatu metode psikoterapi untuk menangani orang-orang yang kehidupannya kehilangan arti. Logoterapi lebih menekankan teknik daripada teori. Akan tetai seperti dikemukakan Frankl, sesuatu yang tidak berdasarkan teori tentang kodrat manusia dan filsafat kehidupan tidak dapat menjadi bentuk psikoterapi (sama seperti ahli-ahli teori lain, kita akan memusatkan perhatian di sini hanya pada teori kepribadian, bukan pada teknik-teknik yang dipakai oleh ahli teori untuk mengubah kepribadian).
Frankl percaya bahwa hakikat dari eksistensi manusia terdiri dari tiga faktor : spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab.
Spiritualitas adalah suatu konsep yang sulit dirumuskan. Tidap dapat direduksikan. Tidak dapat diterangkan dengan istilah-istilah material. Meskipun spiritualitas dapat dipengaruhi oleh dunia material, namun tidak disebabkan atau dihasilkan oleh dunia material itu. Mungkin yang paling baik kita dapat memikirkannya sebagai roh dan jiwa.
Kita telah mengemukakan pentingnya kebebasan dalam sistem Frankl. Kita tidak didikte oleh faktor-faktor non-spiritual, oleh insting, warisan kita yang khusus, atau kondisi-kondisi dari lingkungan kita. Kita memiliki dan harus menggunakan kebebasan kita untuk memilih bagaimana kita akan bertingkah laku jika kita menjadi sehat secara psikologis.
Akhirnya, tidak cukup merasa bebas unuk memilih tetapi kita harus juga menerima tanggung jawab terhadap pilihan. Logoterapi memperingatkan kita akan tanggung jawab kita dengan cara ini.

Sumber:

Videbeck, S.H. 2008. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Anggota IKAPI
Library.Walisongo.ac.id

Tugas Rogers bab 3

Tugas Person Centered Therapy (Rogers) (Bab 3)

unsur-unsur terapi:

Munculnya gangguan

Carl Rogers (1902-1987), berpendapat bahwa orang-orang memiliki kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan diri. Gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi diri. Pendekatan humanistic Rogers terhadap terapi Person Center Therapy, membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondisi-kondisi penerimaan dan pengharagaan dalam hubungan terapeutik.

Tujuan Terapi

Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan atau nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.

Peran Terapis

Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial

Teknik-Teknik Person-Centered Therapy

Untuk terapis person – centered, kualitas hubungan terapis jauh lebih penting daripada teknik. Rogers, percaya bahwa ada tiga kondisi yang perlu dan sudah cukup terapi, yaitu :

  1. Empathy
  2. Positive Regard (acceptance)
  3. Congruence

Empati adalah kemampuan terapis untuk merasakan bersama dengan klien dan menyampaikan pemahaman ini kembali kepada mereka. Empati adalah usaha untuk berpikir bersama dan bukan berpikir tentang atau mereka. Rogers mengatakan bahwa penelitian yang ada makin menunjukkan bahwa empati dalam suatu hubungan mungkin adalah faktor yang paling berpengaruh dan sudah pasti merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dan pembelajaran.

Positive Regard yang di kenal juga sebagai akseptansi adalah geunine caring yang mendalam untuk klien sebagai pribadi – sangat menghargai klien karena keberadaannya.

Congruence / Kongruensi adalah kondisi transparan dalam hubungan tarapeutik dengan tidak memakai topeng atau pulasan – pulasan.

Menurut Rogers perubahan kepribadian yang positif dan signifikan hanya bisa terjadi di dalam suatu hubungan.

Konsep Terapi

  1. Pengalaman

Pengalaman mengacu pada dunia pribadi individu. Setiap saat, sebagian dari hal ini terkait akan kesadaran. Misalnya, kita merasakan tekanan pena terhadap jari – jari kita seperti yang kita tulis. Beberapa mungkin sulit untuk membawa ke dalam kesadaran, seperti ide, “Aku orang yang agresif”. Sementara kesadaran masyarakat yang sebenarnya dari total lapangan pengalaman mereka mungkin terbatas, setiap individu adalah satu – satunya yang bisa tahu itu seluruhnya.

  1. Realitas

Untuk tujuan psikologis, realitas pada dasarnya adalah dunia pribadi dari persepsi individu, meskipun untuk tujuan sosial realitas terdiri dari orang – orang yang memiliki persepsi tingkat tinggi kesamaan antara berbagai individu. Dua orang akan setuju pada kenyataan bahwa orang tertentu adalah politisi. Satu melihat dirinya sebagai seorang wanita baik yang ingin membantu orang dan berdasarkan kenyataan orang menilai untuk dirinya. Kenyataannya orang lain adalah bahwa politisi menyisihkan uang untuk rakyat dalam memiliki tujuan untuk memenangi hati dari rakyat. Oleh karena itu orang ini memberi suara padanya (wanita). Dalam terapi, di sebut sebagai merubah perasaan dan merubah persepsi.

  1. Organisme Bereaksi sebagai Terorganisir yang utuh

Seseorang mungkin lapar, tetapi karena harus menyelesaikan laporan. Maka, orang tersebut akan melewatkan makan siang. Dalam psikoterapi, klien sering menjadi lebih jelas tentang apa yang lebih penting bagi mereka. Sehingga perubahan perilaku di arahkan dalam tujuan untuk di klasifikasikan. Seorang politisi dapat memutuskan untuk tidak mrncalonkan diri untuk mendapatkan jabatan karena ia memutuskan bahwa kehidupan keluarganya lebih penting dari pada mencalonkan diri sebagai pejabat.

  1. Organisme mengaktualisasi kecenderungan (The Organism Actualizing Tendency)

Ini adalah prinsip utama dalam tulisan – tulisan dari Kurt Goldstein, Hobart Mowrer, Harry Stack Sullivan, Karen Horney, dan Andras Angyai. Untuk nama hanya beberapa. Perjuangan untuk mengajarkan anak dalam belajar jalan adalah sebuah contoh. Ini adalah keyakinan Rogers dan keyakinan sebagaian besar teori kepribadian yang lain. Di beri pilihan bebas dan tidak adanya kekuatan eksternal. Individu lebih memilih untuk menjadi sehat daripada sakit, untuk menjadi independen dari pada bergantung. Dan secara umum untuk mendorong pengembangan optimal dari organisme total.

  1. Frame Internal Referensi

Ini adalah bidang persepsi individu. Ini adalah cara dunia muncul dan sebuah makna yang melekat pada pengalaman dan melibatkan perasaaan. Dari titik orang memiliki pusat pandangan. Kerangka acuan internal memberikan pemahamana sepenuhnya tentang mengapa orang berperilaku seperti yang mereka lakukan. Hal ini harus di bedakan dari penilaian eksternal perilaku, sikap, dan kepribadian.

  1. Konsep Diri

Istilah – istilah mengacu pada gesalt, terorganisir konsisten, konseptual terdiri dari persepsi karakteristik “I” atau “saya” dan persepsi tentang hubungan dari “I” atau “Aku” kepada orang lain dan berbagai aspek kehidupan, bersama dengan nilai – nilai yang melekat pada persepsi ini. Menurut Gesalt kesadaran merupakan cairan dan proses perubahan.

  1. Symbolization

Ini adalah proses di mana individu menjadi sadar. Ada kecenderungan untuk menolak simbolisasi untuk pengalaman berbeda dengan konsep dirinya. Misalnya, orang – orang menganggap dirinya benar akan cenderung menolak simbolisasi tindakan berbohong. Pengalaman ambigu cenderung di lambangkan dengan cara yang konsisten dengan konsep diri. Seorang pembicara kurang percaya diri dapat di lambangkan khalayak diam sebagai terkesan, orang yang percaya diri dapat melambangkan sebuah kelompok yang penuh perhatian dan tertarik.

  1. Penyesuaian Psikologis & Ketidakmampuan Menyesuaikan diri

Hal ini mengacu pada konsistensi, atau kurangnya konsistensi, antara pengalaman individu sensorik dan konsep diri. Sebuah konsep diri yang mencakup unsur – unsur kelemahan dan ketidaksempurnaan memfasilitasi simbolisasi dari pengalaman kegagalan. Kebutuhan untuk menolak atau mendistorsi pengalaman seperti tidak ada dan karena itu menumbuhkan kondisi penyesuaian psikologis.

  1. Organismic Valuing Process

Ini adalah proses yang berkelanjutan di mana individu bebas bergantung pada bukti indra mereka sendiri untuk membuat penilaian. Hal ini yang berbeda dengan sistem fixed menilai intrijected di tandai dengan “kewajiban” dan “keharusan” dan juga dengan apa yang seharusnya benar / salah. Proses menilai organismic konsisten dengan hipotesis.

  1. The Fully Functioning Person

Rogers mendefinisikan mereka yang bergantung pada Organismic valuing process seperti Fully functioning person. Dapat mengalami semua perasaan mereka, ketakutan, memungkinkan kesadaran bergerak bebas di dalam pikiran mereka dan melalui pengalaman mereka.

Sumber:

  • Corsini, R. (2000). CURRENT PSYCHOTHERAPIES. Itasca , Illinois: F.E. PeacockPublishers.
  • Murad, J. (2006). Dasar – Dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia.
  • Semiun, Y. (2010). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.

Tugas Terapi Humanistik Eksistensial (Bab 2)

Tugas Terapi Humanistik Eksistensial (Bab 2)

Unsur Terapi

Istilah eksistensi berasal dari akar kata ex-sistere, yang secara literal berarti bergerak atau tumbuh ke luar. Psikologi Eksistensial atau sekarang berkembang dengan nama psikologi Humanistik atau psikologi holistic berawal dari kajian filsafat yang diawali dari Sorean Kierkigard tentang eksistensi manusia. Model humanistik kepribadian, psikopatologi, dan psikoterapi awalnya menarik sebagian besar konsep- konsep dari filsafat eksistensial, menekankan kebebasan bawaan manusia untuk memilih, bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan hidup Menurut Baldwin (1987), inti dari terapi ini adalah penggunaan pribadi terapi

Teknik Terapi

  1. Kapasitas Untuk Sadar Akan Dirinya : Implikasi Konseling.

Meningkatkan kesadaran diri, yang mencakup kesadaran akan adanya alternative, motivasi, factor yang mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup pribadi, merupakan sasaran dari semua konseling. Adalah tugas terapis untuk menunjukkan kepada klien bahwa peningkatan kesadaran memerlukan imbalan.

  1. Kebebasan dan Tanggung Jawab : Implikasi Konseling.

Terapis eksistensial terus-menerus mengarahkan fokus pada pertanggungjawaban klien atas situasi mereka. Mereka tidak membiarkan klien menyalahkan orang lain, menyalahkan kekuatan dari luar, ataupun menyalahkan bunda mengandug. Apabila klien tidak mau mengakui dan menerima pertanggungjawaban bahwa sebenarnya mereka sendirilah yang menciptakan situasi yang ada, maka sedikit saja motivasi mereka untuk ikut terlibat dalam usaha perubahan pribadi (May & Yalom, 1989; Yalom 1980).

Terapis membantu klien dalam menemukan betapa mereka telah menghindari kebebasan dan membangkitkan semangat mereka untuk belajar mengambil resiko dengan menggunakan kebebasan itu. Kalau tidak berbuat seperti itu berarti klien tak mampu berjalan dan secara neurotik menjadi tergantung pada terapis.

Terapis perlu mengajarkan klien bahwa secara eksplisit mereka menerima fakta bahwa mereka memiliki pilihan, meskipun mereka mungkin selama hidupnya selalu berusaha untuk menghindarinya.

  1. Usaha Untuk Mendapatkan Identitas dan Bisa Berhubungan Dengan Orang Lain : Implikasi Konseling.

Bagian dari langkah terapeutik terdiri dari tugasnya untuk menantang klien mereka untuk mau memulai meneliti cara dimana mereka telah kehilangan sentuhan identitas mereka, terutama dengan jalan membiarkan orang lain memolakan hidup bagi mereka. Proses terapi itu sendiri sering menakutkan bagi klien manakala mereka melihat kenyataan bahwa mereka telah menyerahkan kebebasan mereka kepada orang lain dan bahwa dalam hubungan terapi mereka terpaksa menerima kembali. Dengan jalan menolak untuk memberikan penyelesaian atau jawaban yang mudah maka terapis memaksa klien berkonfrontasi dengan realitas yang hanya mereka sendiri yang harus bisa menemukan jawaban mereka sendiri.

  1. Pencarian Makna : Implikasi Konseling.

Berhubungan dengan konsep ketidakbermaknaan adalah apa yang oleh pratis eksistensial disebut sebagai kesalahan eksistensial. Ini adalah kondisi yang tumbuh dari perasaan ketidaksempurnaan atau kesadaran akan kenyataan bahwa orang ternyata tidak menjadi siapa dia seharusnya. Ini adalah kesadaran bahwa tindakan serta pilihan sesorang mengungkapkan kurang dari potensi sepenuhnya yang dimilikinya sebagai pribadi. Manakala orang mengabaikan potensi-potensi tertentu yang dimiliki, maka tentu ada perasaan kesalahan eksistensial ini. Beban kesalahan ini tidak dipandang sebagai neurotik, juga bukan sebagai gejala yang memerlukan penyembuhan. Yang dilakukan oleh terapis eksistensial adalah menggalinya untk mengetahui apa yang bisa dipelajari klie tentang cara mereka menjalani kehidupan. Dan ini bisa digunakan untuk menantang kehadiran makna dan arah hidup.

  1. Kecemasan Sebagai Kondisi Dalam Hidup : Implikasi Konseling.

Kecemasan merupakan materi dalam sesi terapi produktif. Kalau klien tidak mengalami kecemasan maka motivasi untuk mengalami perubahan menjadi rendah. Jadi, terapis yang berorientasi eksistensial dapat menolong klien mengenali bahwa belajar bagaimana bertenggang rasa dengan keragu-raguan dan ketidakpastian dan bagaimana caranya hidup tanpa ditopang bisa merupakan tahap yang perlu dialami daam perjalanan dari hidup yang serba tergantung kea lam kehidupan sebagai manusia yang lebih autonom. Terapis dan klien dapat menggali kemungkinan yang ada, yaitu bahwa melepaskan diri dari pola yang tidak sehat dan membangun gaya hidup baru bisa disertai dari pola yang tidak sehat dan membangun gaya hidup baru bisa berkurang pada saat klien mengalami hal-hal yang ebih memuaskan dengan cara-cara hidup yang lebih baru. Maakala klien menjadi lebih percaya diri maka kecemasan mereka sebagai akibat dari ramalan-ramalan akan datangnya bencana akan menjadi berkurang.

  1. Kesadaran Akan Maut dan Ketiadaan : Implikasi Konseling.

Latihan dapat memobilisasikan klien untuk secara sungguh-sungguh memantapkan waktu yang masih mereka miliki, dan ini bisa menggugah mereka untuk mau menerima kemungkinan bahwa mereka bisa menerima keberadaannya sebagai mayat hidup sebagai pengganti kehidupan yang lebih bermakna.

sangat banyak pada saat ini.

Hidup sehat di sini dan sekarang menghadapkan kita dengan realitas eksistensial menjadi, kebebasan, tanggung jawab, dan pilihan, serta merenungkan eksistensi yang pada gilirannya memaksa kita untuk menghadapi kemungkinan pernah hadir ketiadaan. Pencarian makna dalam kehidupan masing-masing individu adalah tujuan utama dan aspirasi tertinggi. Pendekatan humanistik kontemporer psikoterapi berasal dari tiga sekolah pemikiran yang muncul pada 1950-an, eksistensial, Gestalt, dan klien berpusat terapi.

konsep terapi

  1. Kesadaran Diri

Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri seorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesadaran untuk memilih alternatif-alternatif yakni memutuskan secara bebas didalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para ekstensialis menekan manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya.

  1. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan

Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan ekstensial bisa diakibatkan atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesasaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya. Dosa ekstensial yang juga merupakan bagian kondisi manusia. Adalah akibat dari kegagalan individu untuk benar-benar menjadi sesuatu sesuai dengan kemampuannya.

  1. Penciptaan Makna

Manusia itu unik dalam arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian (manusia lahir sendirian dan mati sendirian pula). Walaupun pada hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi dipersonalisasi, alineasi, keterasingan, dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi-potensi manusiawinya. Sampai tarap tertentu, jika tidak mampu mengaktualkan diri, ia bisa menajdi “sakit”.

 

sumber :

  • Corey, G. 1986. Theory and practice of counseling and psychotherapy. Monterey, California: Brooks/ Cole Publishing Company.
  • Corey Gerald, 2009, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: PT Refika Aditama
  • Misiak, henryk.2005.psikologi fenomenologi,eksistensial dan humanistic. Bandung: PT Rafika aditama
  • Semiun,Yustinus.(2006). Kesehatan mental 3. Kanisius: Yogyakarta
  • Feist, Jess dan Feist, Gregory. (2010). Teori Kepribadian. New York: Salemba Humanika
  • Lubis, Lumongga Namora. (2011). Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

tugas terapi bab 1

TUGAS TERAPI PSIKOANALISA (BAB1)

            Secara umum psikoanalisa berarti suatu pandangan tentang manusia, dimana ketidaksadaran memegang peranan sentral. Psikoanalisa memandang kejiwaan manusia sebagai ekspresi dari adanya dorongan yang menimbulkan konflik. Konflik timbul karena ada dorongan-dorongan yang saling bertentangan, baik dari dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari. Tokoh utama dari psikoanalisa adalah Sigmund Freud. Teori dan teknik Freud yang membuatnya termasyhur adalah upaya penyembuhan mental pasiennya yang dikenal dengan istilah Psychoanalysis dan pandangan mengenai peranan dinamis ketidaksadaran dalam hidup psikis manusia. Psikoanalisa sebagai teori dari psikoterapi menguraikan bahwa gejala neurotik pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan mengenai hal-hal yang traumatik pada masa kanak-kanak yang ditekan.

Terapi psikoanalisa adalah teknik pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini. Teknik ini menekankan menggali seluruh informasi permasalahan dan menganalisis setiap kata-kata yang diungkapkan oleh klien. Didalam terapi psikoanalisa ini sangat dibutuhkan sifat dari terapeutik, maksudnya adalah adanya hubungan interpersonal dan kerja sama yang professional antara terapis dan klien, terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien dapat merasakan kenyamanan, ketenangan dan bisa rileks menceritakan permasalahan serta tujuannya untuk menemui terapis.

Terapi psikoanalisa biasa digunakan atau diterapkan untuk orang-orang dengan masalah yang berkaitan dengan konsep utama dari psikoanalisa seperti adanya alam bawah sadar pada manusia yang mampu mendorong 3 prinsip dasar dari psikoanalisa sendiri (Id, Ego, Super Ego), hal kejiwaan yang merupakan bagian kesadaran (consciousness) dan ketidaksadaran (unconsiousness), serta mengedepankan pengaruh pengalaman-pengalaman dimasa lalu. Contoh beberapa masalah yang dihadapi antara lain: masalah dalam menjalin hubungan dengan orang lain, masalah yang berhubungan dengan akademik, depresi, kecemasan, trauma, dan masalah dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang melakukan aktifitasnya sehari-hari.

Dalam melakukan terapi psikoanalisa ini ada beberapa teknik yang dapat digunakan, yaitu sebagai berikut:

  1. Asosiasi Bebas

Asosiasi bebas sebagai teknik utama dalam psikoanalisis. Salah satu pasien Freud, menyebut metode free association sebagai “penyembuhan dengan bicara”. Maksudnya suatu metode terapi yang dirancang untuk memberikan kebebasan secara total kepada pasien dalam mengungkapkan segala apa yang terlintas dibenaknya, termasuk mimpi-mimpi, berbagai fantasi, dan hal-hal konflik dalam dirinya tanpa diagenda, dikomentari, ataupun banyak dipotong, apalagi disensor. Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatis masa lalu, yang kemudian dikenal dengan katarsis. Asosiasi merupakan salah satu dari peralatan dasar sebagai pembuka pintu keinginan, khayalan, konflik, serta motivasi yang tidak disadari. Dalam tehnik ini Freud menggunakan Hipnotis untuk mendapatkan data-data dari klien mengenai hal-hal yang dia pikirkan dialam bawah sadarnya, dengan tehnik ini klien dapat mengutarakan apapun yang dia rasakan tanpa ada yang disembunyikan sehingga psikoterapis dapat menganalisis masalah apa yang sebenarnya terjadi pada klien. Penerapan metode ini dilakukan dengan posisi klien berbaring diatas dipan/sofa sementara terapis duduk dibelakangnya, sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat-saat asosiasinya mengalir dengan bebas. Dalam hal ini terapis fokus bertugas untuk mendengarkan, mencatat, menganalisis bahan yang direpres, memberitahu/membimbing pasien memperoleh insight (dinamika yang mendasari perilaku yang tidak disadari).

  1. Interpretasi atau Penafsiran

Interpretasi adalah prosedur dasar yang digunakan dalam analisis asosiasi bebas, analisis mimpi, analisis resistensi dan analisis transparansi. Caranya adalah dengan tindakan-tindakan terapis untuk menyatakan, menerangkan, dan mengajarkan klien makna-makna tingkah laku apa yang dimanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi interpretasi adalah membiarkan ego untuk mencerna materi baru dan mempercepat proses menyadarkan hal-hal yang tersembunyi atau proses pengungkapan alam bawah sadar secara lebih lanjut. Penafsiran yang diberikan oleh terapis menyebabkan adanya pemahaman dan tidak terhalanginya alam bawah sadar pada diri klien. Analis harus benar-benar menyadari mekanisme-mekanisme dan berbagai dorongan untuk mempertahankan dirinya sebab kalau tidak dia akan jatuh ke dalam perangkap penafsiran terhadap berbagai perasaan dan pikiran dinamik pasien menurut sederet pengalaman dan masalah hidup analis sendiri. Penafsiran oleh analis harus memperhatikan waktu. Dia harus dapat memilah atau memprediksi kapan waktu yang baik dan tepat untuk membicarakan penafsirannya kepada pasien.

  1. Analisis Mimpi

Studi Freud yang mendalam tentang mimpi melahirkan pandangan-pandangan kritisnya tentang hal ini. Baginya mimpi merupakan perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar dan bersifat halusinasi atas keinginan-keinginan yang terpaksa ditekan. Mimpi memiliki dua taraf, yaitu isi laten dan isi manifes. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tidak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, maka dorongan-dorongan seksual dan perilaku agresif tak sadar ditransformasikan ke dalam isi manifes yang lebih dapat diterima, yaitu impian yang tampil pada si pemimpi sebagaimana adanya. Bagian teori tentang mimpi yang paling hakiki dan vital bagi Freud adalah adanya kaitan antara distorsi mimpi dengan suatu konflik batiniah atau semacam ketidakjujuran batiniah. Oleh karena itu Freud mencetuskan teknik analisis mimpi. Analisis mimpi merupakan prosedur yang penting untuk membuka hal-hal yang tidak disadari dan membantu klien untuk memperoleh pemahaman kepada masalah-masalah yang belum terpecahkan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, sehingga perasaan-perasaan yang direpres akan muncul ke permukaan, meski dalam bentuk lain. Freud memandang bahwa mimpi merupakan “jalan istimewa menuju ketidaksadaran”, karena melalui mimpi tersebut hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan tak sadar dapat diungkapkan. Pada teknik ini biasanya para psikoterapis memfokuskan mimpi-mimpi yang bersifat berulang, menakutkan dan sudah pada taraf mengganggu. Tugas terapis adalah mengungkap makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari simbol-simbol yang terdapat dalam isi manifes. Di dalam proses terapi, terapis juga dapat meminta klien untuk mengasosiasikan secara bebas sejumlah aspek isi manifes impian untuk mengungkap makna-makna yang terselubung.

  1. Analisis dan interpretasi resistensi

Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut. Analisis dan penafsiran resistensi, ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya, terapis meminta klien menafsirkan resistensi. Tujuannya adalah mencegah material-material mengancam yang akan memasuki kesadaran klien, dengan cara mencegah klien mengungkapkan hal-hal yang tidak disadarinya.

  1. Analisis dan interpretasi transferensi

Transferensi adalah pengalihan sikap, perasaan dan khayalan pasien. Transferensi muncul dengan sendirinya dalam proses terapeutik pada saat dimana kegiatan-kegiatan klien masa lalu yang tak terselesaikan dengan orang lain, menyebabkan dia mengubah masa kini dan mereaksi kepada analisis sebagai yang dia lakukan kepada ibunya atau ayahnya ataupun siapapun. Transferensi berarti proses pemindahan emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak oleh pasien kepada terapis. Dalam keadaan neurosis, merupakan pemuasan libido klien yang diperoleh melalui mekanisme pengganti atau lewat kasih sayang yang melekat dan kasih sayang pengganti. Transferensi dinilai sebagai alat yang sangat berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketidaksadaran pasien karena alat ini mendorong klien untuk menghidupkan kembali berbagai pengalaman emosional dari tahun-tahun awal kehidupannya. Teknik analisis transferensi dilakukan agar klien mampu mengembangkan tranferensinya guna mengungkap kecemasan-kecemasan yang dialami pada masa lalunya (masa anak-anak), sehingga terapis punya kesempatan untuk menginterpretasi tranferen. Dan pada teknik ini terapis menggunakan sifat-sifat netral, objektif, anonim, dan pasif serta tidak memberikan saran. Transferensi pada tahap yang paling kritis berefek abreaksi (pelepasan tegangan emosional) pada pasien. Efek lain yang mungkin, ada dua, yaitu positif dan negatif. Positif: saat pasien secara terbuka mentransferkan perasaan-perasaannya sehingga menyebabkan kelekatan, ketergantungan, bahkan cinta kepada terapis. Negatif: saat kebencian, ketidaksabaran, dan kadang-kadang perlawanan yang keras terhadap terapis. Dan ini dapat berefek fatal terhadap proses terapi.

Terapi psikoanalisa ini dapat dihentikan atau dianggap selesai saat klien mengerti akan kenyataan yang sesungguhnya, alasan mengapa mereka melakukan perilaku abnormal, dan menyadari bahwa perilaku tersebut tidak seharusnya mereka lakukan, lalu mereka sadar untuk menghentikan perilaku itu. Terapi psikoanalisa bertujuan untuk mengubah kesadaran individu, sehingga segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar menjadi sadar, mengatasi tahap-tahap perkembangan tidak terpecahkan, membantu klien menyesuaikan dan mengatasi masalahnya, rekonstruksi kepribadian serta meningkatkan kontrol ego sehingga dapat menghadapi kehidupan yang realita, dan mengubah perilaku klien menjadi lebih positif.

Tujuan psikoanalisa:

  1. Untuk membuat yang tidak sadar menjadi sadar
  2. Meningkatkan kontrol ego (ego strength)
  3. Mengetahui/menyadari masa kecil untuk mengetahui kapan awal gangguan terjadi

Peran Terapi:

  1. Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan     hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis
  2. Membangun hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar & menafsirkan
  3. Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien
  4. Mendengarkan kesenjangan-kesenjangan & pertentangan-pertentangan pada cerita klien

TEKNIK TERAPI

Melakukan psikoanalisa ini adalah dengan meminta klien berbaring di dipan khusus (couch) dan terapis duduk dibelakangnya jadi posisi klien menghadap ke arah lain, tidak bertatapan dengan terapis. Klien diminta mengemukakan apa yang muncul dalam pikirannya dengan bebas, tanpa merasa terhambat, tertahan dan tanpa harus memilih mana yang dianggap penting atau tidak penting. Terapis yang duduk di belakang dipan khusus pada dasarnya mendengarkan tanpa menilai atau memberi kritik dan memperlihatkan sikap ingin mengetahui lebih banyak tentang klien. Namun pada saat-saat tertentu, terapis memotong asosiasi bebas yang sedang dikemukakan oleh klien bilamana dianggap penting untuk memperjelas hubungan-hubungan antara asosiasi-asosiasi satu sama lain misalnya ada kaitanya dengan mimpi-mimpi yang dialam.

Konsep-konsep Terapi:

  1. struktur kepribadian
  • id
  • ego
  • super ego
  1. pandangan tentang sifat manusia
  • pandangan freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik dan reduksionistik
  1. kesadaran & ketidaksadaran
  • konsep ketaksadaran
  • mimpi-mimpi merupakan representative simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat konflik
  • salah ucap / lupa terhadap nama yg dikenal
  • sugesti pascahipnotik
  • bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
  • bahan-bahan yang berasal dari teknik proyektif
  1. Kecemasan
  • Adalah suatu keadaan yg memotifasi kita untuk berbuat sesuatu

Fungsinya adalah memperingatkan adanya ancaman bahaya

  • 3 macam kecemasan
  • Kecemasan realistis
  • Kecemasan neurotic
  • Kecemasan moral

Sumber :

  • Gerald, Corey. (2005). Theory and Practice of Counseling and Psychoterapy. Thompson learning: USA.
  • Palmer, Stephen. (2011). Konseling Psikoterapi diterjemahkan dari Introduction to Counselling and Psychotherapy. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
  • D.Gunarsa, Prof.DR.Singgih. (1992). Konseling dan Psikoterapi. Gunung Mulia: Jakarta.
  • Gunarsa, Singgih. D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT.  BPK Gunung Mulia.
  • Hartosujono. Diktat Psikologi. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa: Yogyakarta

Tugas Psikoterapi 1 Minggu 2

Perbedaan Konseling dan psikoTerapi serta bentuk utama terapi

Konseling Psikoterapi
Kurang  intensif Lebih intensif
Preventif Kuratif / reapartif
Fokus : edukasi, vocational, perkembangan Fokus : remedial
Setting : sekolah, industri, social work, Setting : rumah sakit, klinik, praktek pribadi,
Jumlah intervensi kurang Jumlah intervensi banyak
Supportive Rekonstructive
Penekanan “normal”

/ masalah ringan

Penekanan “disfungsi” / masalah berat
Short term Long term

Brammer Abergo & Shostrom (1993), dijelaskan bahwa terlihat perbedaan konseling dan terapi, terutama pada kedalaman analisis masalah yang terdapat, juga ada penekanan pada perbedaan subjek untuk konseling dan terapi. Konseling menekankan pada hal-hal yang sadar dan masa sekarang, sedangkan terapi pada masa lalu.

Sifat gangguan yang ditangani oleh konseling dan terapi juga berbeda, pada konseling lebih kepada masalah-masalah yang membutuhkan pemecahan masalah sedangkan terapi menangani masalah-masalah disfungsi atau gangguan emosional yang parah.

Menurut Hansen, Stevic dan Warner (1986), masalah yang ditangan oleh konseling lebih kepada hubungan interpersonal dan berkaitan dengan masalah peran. Misalnya bagaimana seorang perempuan yang menikah dan bekerja membagi waktu untuk dirinya sendiri, suami dan anak-amaknya, bagaimana ia yang berperan sebagai anak dari orangtuanya, hal yang seperti inilah yang termasuk kedalam lingkup konseling.

Bentuk-bentuk utama dalam terapi

Terapi Supportive

Terapi suportif atau pendukung adalah pengobatan yang diarahkan untuk menjaga integritas fisiologis atau fungsional pasien sampai pengobatan yang lebih definitif dapat dilaksanakan, atau sampai daya penyembuhan pasien berfungsi untuk meniadakan kebutuhan perawatan lebih lanjut.

Bentuk-bentuknya :

Ventilasi

  • Suatu bentuk psikoterapi suportif yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk mengemukakan isi hatinya dan sebagai hasilnya ia akan merasa lega serta keluhannya akan berkurang
  • Sikap terapis : menjadi pendengar yang baik dan penuh pengertian
  • Topik pembicaraan : permasalahan yang menjadi stres yang utama

Persuasi

  • Suatu bentuk psikoterapi suportif yang dilakukan dengan menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapinya.
  • Sikap terapis :

o terapis berusaha membangun, mengubah, dan menguatkan impuls tertentu serta membebaskannya dari impuls yang mengganggu secara masuk akal dan sesuai dengan hati nurani

o Berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal bahwa gejalanya akan hilang

  • Topik pembicaraan : ide dan kebiasaaan pasien yang mengarah pada terjadinya gejala

Reassurance

  • Suatu bentuk psikoterapi suportif yang berusaha meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa ia sanggup mengatasi masalah yang dihadapinya
  • Sikap terapis : meyakinkan secara tegas dengan menunjukkan hasil-hasil yang telah dicapai pasien
  • Topik pembicaraan : pengalaman pasien yang berhasil nyata

Sugestif

  • Suatu bentuk psikoterapi suportif yang berusaha menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan hilang
  • Sikap terapis : meyakinkan dengan tegas bahwa gejala pasien pasti hilang
  • Topik pembicaraan : gejala-gejala bukan karena kerusakan organik/fisik dan timbulnya gejala-gejala tersebut adalah tidak logis

Bimbingan

  • Suatu bentuk psikoterapi suportif yang memberi nasihat dengan penuh wibawa dan pengertian
  • Sikap terapis : menyampaikan nasihat dengan penuh wibawa dan pengertian
  • Topik pembicaraan : cara hubungan antar manusia, cara berkomunikasi, dan cara bekerja serta belajar yang baik

Penyuluhan

  • Penyuluhan atau konseling adalah psikoterapi suportif yang membantu pasien mengerti dirinya sendiri secara lebih baik agar ia dapat mengatasi permasalahannya dan dapat menyesuaikan diri
  • Sikap terapis : menyampaikan secara halus dan penuh kearifan
  • Topik pembicaraan : masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan, dan pribadi

Terapi Reeducative : Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri.

Terapi Reconstuctive : Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknaya dialam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas daripada struktur kepribadian dan pengluasan pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.

Referensi:

Wills, Sofyan. 2007.  Konseling & Indifidual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta

Lesmana, J. Murad. 2006. Dasar-dasar Konseling. Jakarta: UI Press.

TUGAS PSIKOTERAPI 1, MINGGU 1

PENGERTIAN PSIKOTERAPI

                Menurut Corsini (2010) mengungkapkan psikoterapi adalah suatu proses formal dan interaksi antara dua pihak yang memiliki tujuan untuk memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress), sedangkan menurut Corsini (2010) merupakan proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan pada salah satu dari kedua pihak karena malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang seperti fungsi kognitif dan fungsi afektif. jadi menurut saya psikoterapi adalah suatu teknik interaksi antara dua pihak yaitu antara klien dan terapis untuk penyembuhan secara psikologis.

Psikoterapi ialah perawatan dengan menggunakan alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional, yang mana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien, yang bertujuan:

(1)   Menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada.

(2)   Mengetahui (perbaikan) pola tingkah laku.

Psikoterapi meluas ke berbagai bidang kehidupan seperti hubungan sosial dan kemasyarakatan, sehingga Psikoterapi juga menangani kerusakan hubungan antarmanusia. Dengan demikian Psikoterapi sukar sekali atau bahkan tidak mungkin diterapkan secara murni “ilmiah”, tanpa melibatkan filsafat dan agama. Hubungan antar manusia melibatkan norma-norma, nilai-nilai, etika, moral, kepercayaan, kehidupan, kebudayaan. Dasar Psikoterapi, yaitu untuk menentukan arah pengolahan kepribadian klien dan melandasi pandangan tentang hakikat manusia dan tujuan hidupnya. Hubungan antara klien dan ahli Psikoterapi dalam perawatan merupakan hubungan antara dua kepribadian yang tidak terlepas dari kehidupan filsafat dan rohaniahnya masing-masing.

 TUJUAN PSIKOTERAPI

                Ada beberapa tujuan psikoterapi menurut pendekatan-pendekatan psikologi. yaitu :

  1. Tujuan psikoterapi psikodinamika adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
  2. Tujuan psikoterapi dengann pendekatan psikoanalisis menurut Corey (1991), yaitu membantu klien menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
  3. Tujuan Psikoterapi behavioristik bertujuan untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar, mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih sesuai dan belajar perilaku yang efektif.
  4. Tujuan psikoterapi Pendekatan gestalt menurut Corey, untuk membantu klien memperoleh pemahaman mengenai pengalaman-pengalamannya.

UNSUR-UNSUR PSIKOTERAPI

                Unsur psikoterapi utamanya hanya ada 3 yaitu :

1). Terapis : orang yang melakukan serangkaian terapi untuk membantu penyembuhan klien

2). Klien : seseorang atau sekelompok orang yang akan melakukan serangkaian terapi untuk penyembuhan

3). Proses : proses pelaksaan terapi nya yang dilakukan terapis kepada klien jadi disini ada proses interaksi nya.

Sumber:

Gunarsa, Singgih. 2007. Konseling dan Terapi. PT BPK Gunung Mulia: Jakarta

Mcleod, John. 2010. Pengantar Konseling : Teori dan Studi Kasus.Kencana : Jakarta

Corsini, Raymond. Wedding, Dany. 2010. Current Psychotherapies. Cengage Learning: California